Tanaman hias...
Kira-kira tahun 2006 setelah peristiwa gempa di Jogja, bisnis tanaman hias sepertinya sedang mengalami angin segar. Tentu saja hal itu bisa dilihat hampir di setiap rumah yang dulu biasanya hanya terpampang tanaman hias biasa seperti bougenvile, lidah buaya, cangkok wijoyokusumo, dan lain-lain. Tapi pada masa itu mulai muncul berbagai tanaman hias yang tergolong baru. Masih terngiang di telinga kita Gelombang Cinta, Jenmani, Aglonema, dan masih banyak lagi menjadi booming. Entah datang dari mana asalnya, tiba-tiba tanaman hias golongan ini menjadi "dipuja-puja". Tidak sedikit orang rela merogoh koceknya hingga ratusan ribu hingga ratusan juta. Cukup mencengangkan!
Berjalan kira-kira 2 tahun, booming bisnis tanaman hias ini mulai berkurang. Banyak sekali rumah-rumah kini membiarkan tanaman hias jenis "mahal" berada di luar, tanpa takut dicuri. Keadaan yang begitu berbeda...
Peristiwa apalagi yang akan membuat masyarakat tergerak semangatnya untuk memiliki sesuatu. Mungkin pemerintah bisa jeli dengan peristiwa ini, bisa menjadi pelajaran bahwa masyarakat akan termotivasi jika ada stimulus atau rangsangan terlebih dahulu. Bisa melalui hal apapun, karena sebenarnya masyarakat kita bukanlah masyarakat yang malas.
Semoga ...
Sabtu, 20 Maret 2010
Kamis, 12 Juni 2008
Sisa Jejak Cagar Budaya dan Sejarah Kota Bantul
Bantul sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta pun memiliki kekayaan sejarah dan budaya. Satu di antaranya yang dapat kita temukan adalah tempat-tempat bersejarah yang mulai ditinggalkan bahkan dilupakan oleh orang Jogja bahkan warga Bantul sendiri.
Dusun Bantul Timur, salah satu wilayah yang berada di Kalurahan Trirenngo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul yang namnpak sekarang adalah sebuah kawasan perumahan. Apabila ditengok ke jauh ke belakang kawasan Dusun Bantul Timur ini ada kawasan yang di huni oleh kaum Kolonial Belanda. Menurut pelaku sejarah pada saat itu almarhum Mbah Atmosuwito (Atmo Buwang) menceritakan bahwa kawasan ini merupakan kawasan Pabrik Gula Jebugan. Bahkan di sekitar pabrik dulu terdapat banyak bangunan loji Belanda seperti yang nampak di kawasan Kotabaru. Pengakuan tersebut bisa dibuktikan melalui bekas-bekas reruntuhan gedung yang masih tersisa. Situs yang masih tersisa antara lain :
1. Gorong-gorong bawah tanah
Gorong-gorong ini dulu dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan limbah Pabrik Gula Jebugan. Pada saat ini gorong-gorong yang di bagian hulunya terdapat mata air dimanfaatkan warga sebagai irigasi bagi sawah-sawah warga di Kecamatan Bantul maupun sebagian Kecamatan Bambanglipuro. Bentuk gorong-gorong ini adalah separo lingkaran dengan diameter kira-kira 3 meter dengan tinggi sekitar tinggi badan orang dewasa. Bangunan ini sangat kokoh meskipun sudah dimakan usia, bahkan bangunan ini tidak terbuat dari beton melainkan terbuat dari susunan batu bata yang direkatkan dengan semen jenis tertentu.
2. Kawasan Loji
Kawasan ini dulu terletak di bagian selatan dan Barat Daya SMA 2 Bantul sekarang. Sisa-sisa bangungan loji tersebut tinggal pondasi-pondasi bangunan yang sudah mulai tertimbun bangunan baru. Sebagian terletak di atas Gedung SMP 4, SMP1, SD Bantul Timur, dan gedung Dinas Pendidikan yang sekarang. Kawasan loji juga dilengkapi sarana lapangan tenis yang terletak di dekat JL. Laksda M.A. Adisucipto atau di depan kantor PCNU Bantul. Selain lapangan tenis ada juga fasilitas pemandian atau kolam renang yang letaknya berdampingan dengan perumahan Kejaksaan sekarang. Di lokasi ini masih ditemukan bangunan tembok tinggi dan tebal yang mebatasi lokasi pemandian. Di bagian ujung Utara sisi Timur terdapat deretan rumah yang disebut Los wolu. Sebutan ini sesuai dengan jumlah bangunan untuk para pekerja pabrik yang berjumlah 8 buah. Sedangkan Los pitulas berada di bagian Selatan sisi Timur, bangunan ini berjumlah 17 merupakan tempat tinggal pekerja Pabrik Gula Jebugan.
3. Ngawon (tempat pembuangan abu pabrik)
Kawasan ini dulu berupa lahan kosong, menjadi berbukit karena tumpukan abu yang begitu banyak. Pada perjalanan bukit abu tersebut dieksploitasi untuk bahan urug penbuatan jalan. Akibat pengerukan itu kawasan ini menjadi sebuah ledok atau cekungan yang begitu luas. Hingga saat ini kawasan Ngawon menjadi tempat pemukiman warga yang sudah dikapling oleh BPN.
Selain situs yang tesebut di atas, ada juga sejarah yang menyebutkan bahwa di beberapa bangunan bekas pabrik gula pernah dipakai sebagai markas BKR. Para Veteran di Bantul pun pernah berencana mebangun sebuah monumen di kawasan ini. Entah mengapa sampai saat ini keinginan tersebut belum juga terwujud.
Demikian sekelumit kisah sisa sejarah Dusun Bantul Timur. Bagi pihak-pihak yang tertarik untuk melengkapi tulisan ini bisa dikirimkan melalui e-mail : junikust@yahoo.com
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya"
Dusun Bantul Timur, salah satu wilayah yang berada di Kalurahan Trirenngo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul yang namnpak sekarang adalah sebuah kawasan perumahan. Apabila ditengok ke jauh ke belakang kawasan Dusun Bantul Timur ini ada kawasan yang di huni oleh kaum Kolonial Belanda. Menurut pelaku sejarah pada saat itu almarhum Mbah Atmosuwito (Atmo Buwang) menceritakan bahwa kawasan ini merupakan kawasan Pabrik Gula Jebugan. Bahkan di sekitar pabrik dulu terdapat banyak bangunan loji Belanda seperti yang nampak di kawasan Kotabaru. Pengakuan tersebut bisa dibuktikan melalui bekas-bekas reruntuhan gedung yang masih tersisa. Situs yang masih tersisa antara lain :
1. Gorong-gorong bawah tanah
Gorong-gorong ini dulu dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan limbah Pabrik Gula Jebugan. Pada saat ini gorong-gorong yang di bagian hulunya terdapat mata air dimanfaatkan warga sebagai irigasi bagi sawah-sawah warga di Kecamatan Bantul maupun sebagian Kecamatan Bambanglipuro. Bentuk gorong-gorong ini adalah separo lingkaran dengan diameter kira-kira 3 meter dengan tinggi sekitar tinggi badan orang dewasa. Bangunan ini sangat kokoh meskipun sudah dimakan usia, bahkan bangunan ini tidak terbuat dari beton melainkan terbuat dari susunan batu bata yang direkatkan dengan semen jenis tertentu.
2. Kawasan Loji
Kawasan ini dulu terletak di bagian selatan dan Barat Daya SMA 2 Bantul sekarang. Sisa-sisa bangungan loji tersebut tinggal pondasi-pondasi bangunan yang sudah mulai tertimbun bangunan baru. Sebagian terletak di atas Gedung SMP 4, SMP1, SD Bantul Timur, dan gedung Dinas Pendidikan yang sekarang. Kawasan loji juga dilengkapi sarana lapangan tenis yang terletak di dekat JL. Laksda M.A. Adisucipto atau di depan kantor PCNU Bantul. Selain lapangan tenis ada juga fasilitas pemandian atau kolam renang yang letaknya berdampingan dengan perumahan Kejaksaan sekarang. Di lokasi ini masih ditemukan bangunan tembok tinggi dan tebal yang mebatasi lokasi pemandian. Di bagian ujung Utara sisi Timur terdapat deretan rumah yang disebut Los wolu. Sebutan ini sesuai dengan jumlah bangunan untuk para pekerja pabrik yang berjumlah 8 buah. Sedangkan Los pitulas berada di bagian Selatan sisi Timur, bangunan ini berjumlah 17 merupakan tempat tinggal pekerja Pabrik Gula Jebugan.
3. Ngawon (tempat pembuangan abu pabrik)
Kawasan ini dulu berupa lahan kosong, menjadi berbukit karena tumpukan abu yang begitu banyak. Pada perjalanan bukit abu tersebut dieksploitasi untuk bahan urug penbuatan jalan. Akibat pengerukan itu kawasan ini menjadi sebuah ledok atau cekungan yang begitu luas. Hingga saat ini kawasan Ngawon menjadi tempat pemukiman warga yang sudah dikapling oleh BPN.
Selain situs yang tesebut di atas, ada juga sejarah yang menyebutkan bahwa di beberapa bangunan bekas pabrik gula pernah dipakai sebagai markas BKR. Para Veteran di Bantul pun pernah berencana mebangun sebuah monumen di kawasan ini. Entah mengapa sampai saat ini keinginan tersebut belum juga terwujud.
Demikian sekelumit kisah sisa sejarah Dusun Bantul Timur. Bagi pihak-pihak yang tertarik untuk melengkapi tulisan ini bisa dikirimkan melalui e-mail : junikust@yahoo.com
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya"
Jumat, 09 Mei 2008
Suatu Pagi Di Imogiri
Masih dihiasi dengan pemandangan reruntuhan bangunan pasca gempa 27 Mei 2006, itulah Imogiri. Salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul yang sangat kental dengan kehidupan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi tradisi. Suasana pagi di sudut Imogiri, di daerah perbukitan indah dan menarik hati. Suasana tenang, udara yang segar, dan suguhan panorama yang membuat mata seperti dimanjakan. Tidak lepas sapaan akrab dan untaian senyum penduduk menambah sejuknya suasana pagi ini. Sembari menikmati pemandangan kita bisa berolahraga dengan santai karena ternyata rute perjalanan harus melalui jalan setapak dan jalan beraspal yang naik turun yang tentunya membuat detak jantung menjadi lebih cepat. Rute diawali dari pelataran makam bagian paling bawah, naik menyusuri tangga menuju makam. ”Mari kita hitung bareng-bareng ada berapa jumlah tangga !”Menurut kepercayaan penduduk sekitar setiap orang yang menghitung jumlah anak tangga, satu dengan yang lain pasti berbeda jumlahnya. Anda penasaran ? Mari buktikan ! Sampai di pelataran makam bagian atas terlihat tembok tinggi yang mengelilingi makam, dihiasi dengan gapura dengan ornamen yang sangat indah gaya Majapahit. Di sinilah raja-raja Ngayogyakartahadiningrat dan Kasunanan Surakarta dimakamkan. Sambil memutari m yang begitu luas, tembok makam yang kokoh namun kelihatan usang karena dimakan usia yang ratusan tahun. Langkah semakin berat karena harus melewati tangga-tangga kecil yang naik turun.Sampai pada putaran terakhir mengelilingi makam, mulailah nampak jalan alternatif yang beraspal menuju ke lokasi hutan kayu putih dengan beberapa pohon pinus yang tumbuh di sela-sela.Bersebelahan dengan hutan kayu putih nampak bangunan tugu melengkung warna putih seperti bentuk pelangi menonjol di antara perbukitan. Di situlah kita bisa menikmati keindahan serta mengenang jasa para seniman, karena di situlah Makam Seniman yang didirikan oleh almarhum Sapto Hudoyo.Sebelumnya kita bisa menikmati sajian sarapan pagi yang menggoda perut, dengan menu utamanya yaitu nasi pecel ehmmm uennak lho ! Ada peyek butonya juha (bukan Buto raksasa lho !) Peyek kacang dengan ukuran besar sebesar raket tenis meja weleh…weleh…Sugeng rawuh di Imogiri…! Maturnuwun.Penulis, Yuni Kustanto(Sumber : KOMPAS)
Selasa, 22 April 2008
GKJ Bantul Mengadakan KKR Yang Pertama
GKJ Bantul Mengadakan KKR Yang Pertama
Kehidupan rohani menjadi kebutuhan setiap insan di dunia ini. Warga GKJ Bantul sebagai makhluk Tuhan juga sangat membutuhkan pertumbuhan kehidupan rohaninya. Sebagai sarana untuk pertumbuhan rohani GKJ mengadakan Kebaktian Pemulihan(KKR). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 11 April 2008 pada jam 18.00 WIB. Meskipun masih dalam bentuk yang sederhana namun kegiatan ini dirasakan warga menjadi warna lain yang perlu dikembangkan. Pemakaian alat musik dan song leader menambah dengan warna lain menjadi pendukung penciptaan suasana. Tayangan potongan slide film Passion of The Christ pun menambah suasana yang mengharukan. Kebaktian ini dilayani oleh Pdt. Bambang Subagyo, S.Th. Dalam khotbahnya Pdt. Bambang Subagyo mengatakan bahwa melalui pengorban Tuhan Yesus kita harus benar-benar diubahkan dan meninggalkan kehidupan lama kita. Luka-luka hati yang ada selama ini harus kita obati dengan percaya bahwa Yesus akan memberikan pertolongan kepada kita. Saudara-saudara kita yang pernah membuat luka hati harus kita ampuni, meskipun sukar namun harus kita lakukan seperti yang sudah Yesus lakukan saat menolong kita. Terakhir kita diajak untuk menjalani kehidupan seperti untuk Tuhan sendiri, percayalah kita tidak akan kecewa. Puji syukur acara ini dapat berjalan dengan lancar dan lawatan Tuhan itu ada. Kebaktian Pemulihan dihadiri sebagian besar warga, hadir pula Pdt. Triyono, S.Th. sebagai pendeta yang melayani di GKJ Bantul. Warga berharap kegiatan ini bisa diadakan kembali bahkan menjadi kegiatan rutin sebagai ibadah alternatif. Terpujilah nama Tuhan, sekarang sampi selama-lamanya.
Kehidupan rohani menjadi kebutuhan setiap insan di dunia ini. Warga GKJ Bantul sebagai makhluk Tuhan juga sangat membutuhkan pertumbuhan kehidupan rohaninya. Sebagai sarana untuk pertumbuhan rohani GKJ mengadakan Kebaktian Pemulihan(KKR). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 11 April 2008 pada jam 18.00 WIB. Meskipun masih dalam bentuk yang sederhana namun kegiatan ini dirasakan warga menjadi warna lain yang perlu dikembangkan. Pemakaian alat musik dan song leader menambah dengan warna lain menjadi pendukung penciptaan suasana. Tayangan potongan slide film Passion of The Christ pun menambah suasana yang mengharukan. Kebaktian ini dilayani oleh Pdt. Bambang Subagyo, S.Th. Dalam khotbahnya Pdt. Bambang Subagyo mengatakan bahwa melalui pengorban Tuhan Yesus kita harus benar-benar diubahkan dan meninggalkan kehidupan lama kita. Luka-luka hati yang ada selama ini harus kita obati dengan percaya bahwa Yesus akan memberikan pertolongan kepada kita. Saudara-saudara kita yang pernah membuat luka hati harus kita ampuni, meskipun sukar namun harus kita lakukan seperti yang sudah Yesus lakukan saat menolong kita. Terakhir kita diajak untuk menjalani kehidupan seperti untuk Tuhan sendiri, percayalah kita tidak akan kecewa. Puji syukur acara ini dapat berjalan dengan lancar dan lawatan Tuhan itu ada. Kebaktian Pemulihan dihadiri sebagian besar warga, hadir pula Pdt. Triyono, S.Th. sebagai pendeta yang melayani di GKJ Bantul. Warga berharap kegiatan ini bisa diadakan kembali bahkan menjadi kegiatan rutin sebagai ibadah alternatif. Terpujilah nama Tuhan, sekarang sampi selama-lamanya.
Senin, 28 Januari 2008
Minggu, 25 November 2007
Belajar dengan Senyuman
Siswa sebagai pribadi yang terus berkembang dalam berbagai aspek perlu dicermati secara serius oleh guru dan orang tua. Apa makna sebuah pertumbuhan? Sebuah perubahan yang diikuti oleh faktor pendukung perubahan itu sendiri. Faktor pendukung yang paling dominan dalam perkembangan anak adalah pengalaman hidup yang dianggap sebagai proses pemerolehan dan pembelajaran. Pengalaman hidup pada masa kecil akan sangat berpengaruh dalam perkembangan anak menuju masa kedewasaannya. Orang-orang sukses banyak bercerita tentang pengalaman masa kecilnya yang menyenangkan walaupun semuanya dilalui dengan diiringi sebuah kepahitan atau kegagalan. Ada satu kunci sukses yang bisa kita andalkan dalam mendidik anak. Kunci itu adalah S.E.N.Y.U.M.A.N. Senyuman bagi banyak orang merupakan hal yang biasa. Namun bagi banyak orang juga ternyata senyuman membuat orang lebih bersemangat dalam menapaki kehidupan ke depan. Mari kita tebarkan senyuman kepada semua orang, dengan senyuman kita ternyata banyak orang yang akan kita sembuhkan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar yang saat ini tengah mencari jati diri di tengah badai perkara yang besar harus belajar bagaimana bisa tersenyum. Prahara yang sering terjadi bahkan karena sudah tidak ada senyum yang menghias di wajah-wajah anak negeri. Di antara mereka sering terlihat wajah kebencian, dendam, bahkan makian. Mulai saat ini kita harus segera menemukan obat yang sangat manjur untuk kesembuhan bangsa indonesia. Obat senyuman mau menghargai , menenerima, dan menyapa dengan mesra adalah langkah awal kesembuhan bangsa ini.
Langganan:
Postingan (Atom)